Bolehkah Kita Memperingati Maulid ?
Wahai kekasih ALLAH !!!
bolehkah kami mengingatmu dengan suatu perayaan???
Nabi Muhammad SAW adalah
seorang pahlawan revolusioner yang tiada tandingannya saat ini, bahkan
seterusnya. Nabi Muhammad juga merupakan nabi setiap umat Islam di
seluruh dunia. Beliau merupakan nikmat
terbesar yang Allah berikan kepada alam semesta. Ketika manusia saat itu
berada dalam kegelapan syirik, kufur dan tidak mengenal Rabb pencipta mereka.
Mereka mengalami krisis spiritual dan
moral yang luar biasa. Nilai–nilai kemanusiaan sudah terbalik.
Penyembahan berhala merupakan suatu kehormatan, perzinaan menjadi
sebuah kebanggaan, mabuk dan berjudi melambangkan kejantanan, bahkan
merampok serta membunuh pun merupakan suatu keberanian bagi mereka saat
itu.
Disaat seperti itu rahmatanlil’alamin
memancar dari jazirah Arab. Allah mengutus seorang rasul yang ditunggu
oleh alam semesta untuk menghentikan semua kerusakan itu dan membawanya
menuju cahaya ilahi. Beliau adalah nabi akhir zaman. Penutup para nabi (Khotamun Nabiyyin). Tidak akan ada nabi yang akan diutus oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya setelah Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad lahir pada 12 Rabiul Awal
tahun gajah, di kota Mekkah dan wafat di kota Madinah. Beliau lahir
dengan penuh keajaiban. Di antaranya ketika lahirnya Nabi Muhammad,
seluruh pepohonan yang tidak pernah berbuah langsung berbuah waktu itu,
api yang tak pernah padam dan menjadi sesembahan warga Majusi, ketika
beliau lahir api itu langsung padam dengan sendirinya. Kemudian, ketika
beliau lahir sang ibu tak merasakan sakit sedikitpun, tidak ada darah
bercecer bekas melahirkan, dan masih banyak lagi keajaiban-keajaiban
yang terjadi ketika kekasih allah ini di lahirkan kedunia.
Maksud dan tujuan memperingati maulid Nabi SAW.
Peringatan maulid merupakan upaya untuk mengenang hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tentu saja tidak hanya mengingat hari lahir beliau, tapi juga mengingat jasa-jasa beliau yang telah menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia termasuk kepada kita.
Ingat juga pada sifat-sifatnya yang
lemah lembut, penyabar, rendah hati, dan jujur sehingga beliau mendapat
julukan al Amin. Sikapnya yang tegas menyebarkan dakwah Islam patut kita
teladani. Makna peringatan maulid ialah menyegarkan kembali ingatan
kita akan ajaran Nabi dan kita harus siap untuk melaksanakannya.
Memperingati hari lahir tidak boleh
hanya sebagai kegiatan ritual semata. Tapi harus diaplikasikan atau
diwujudkan dalam aktivitas nyata kita di kehidupan sehari-hari. Jika ada
yang memperingati maulid dengan menyediakan makanan dan buah-buahan itu
sah-sah saja dan tentu saja halal. Yang paling penting adalah niatnya.
Karena segala sesuatu itu tergantung pada niat kita.
Menyiapkan makanan dan buah-buahan untuk
memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW tentu baik, apabila niatnya
untuk memperbanyak sedekah kepada orang yang kita undang untuk
peringatan maulid. Jika kita mampu mengapa kita tidak ajak orang
berkumpul sambil membaca shalawat setelah itu menghidangkan makanan ala
kadarnya sesuai dengan kemampuan kita.
***
Akan tetapi, terdapat selisih paham oleh
umat islam mengenai perayaan maulid. Perbedaan pandangan tentang hukum
merayakan maulid Nabi SAW sudah ‘dilakoni’ sejak dulu. Wahabi misalnya,
kaum ini sudah terkenal kontra terhadap perayaan maulid Nabi Muhammad.
Ada pula yang menyebutkan merayakan maulid haram karena berarti syirik.
Meski demikian, sudah menjadi tradisi bagi umat Islam dunia untuk
merayakan maulid, tak terkecuali Aceh.
Masih di Aceh, perayaan maulid saban
tahun berlangsung meriah, dari makan-makan (kenduri), bersalawat, hingga
ceramah maulid. Di kampung-kampung, maulid menyatukan anak-anak hingga
orang tua untuk turut berpartisipasi di dalamnya. Ini juga mempererat
silturahmi dengan saudara.
Meskipun menuai pro dan kontra, tentu
saja itu jangan dijadikan suatu alasan untuk saling tuding, menjelekkan
dan jangan saling menghujat. Perbedaan pandangan sudah pasti ada, karena
perbedaan itu adalah suatu rahmat bagi kita semua.
OLEH : Khairun Niswati, lahir di Cebrek, 5-4-1995.
Penulis merupakan mahasiswa semester III Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
0 comments:
Post a Comment